Sampah dan Melempar
Jadi obrolan pagi ini topiknya tentang sampah dan lempar melempar. Gara-gara ada yang gerah ngeliat bapak-bapak lagi sama anaknya dengan santainya buang botol minuman ke tengah jalan. Iyaa... dilempar ke tengah jalan. Bukan sekedar ditaruh di pinggir jalan. Dan yang melempar botol itu bapaknya lho.
Mungkin, mungkin yaa... bapak itu penasaran. Seperti anak balita yang "curious" saat melihat aneka mainan yang dilempar. Mainan berbentuk bulat dan kotak akan berbeda pantulannya. Mainan dari plastik akan berbeda suara saat menyentuh lantai apalagi kalau menyentuh meja kaca.
Dan anak-anak balita itu tidak pernah berpikir efek yang berbahaya jika mainan-mainan itu dilempar. Mereka hanya berfikir mengasyikan jika bisa melihat arah pantul atau mendengar suara yang berbeda. Tidak pernah berfikir ada efek lain yang sampai level berbahaya dibalik semua lemparan-lemparan itu. Karena yang biasanya berteriak marah ketika mainan-mainan itu dilempar adalah kita orang dewasa yang sudah mengerti efek dari lemparan tersebut.
Lagi-lagi ujungnya marah. Alih-alih marah mungkin ada baiknya diberi arahan. Sampai berapa kali? 3 kali, 10 kali, 100 kali kalau perlu. Kalau tidak mengerti juga? Ganti metode, barangkali metode kita yang nggak nyambung dengan pola pikir mereka. Terus-menerus seperti itu, sampai akhirnya mereka mengerti maksud baik kita.
Tentu saja ikhtiar seperti itu harus tetap diiringi dengan do'a. Mungkin ada yang masih ingat do'a Nabi Musa ketika berdakwah di tengah-tengah kaum Bani Israil yang konon sangat pandai?
Robbis rohlii shodrii wa yassirlii amrii wahlul' uqdatan min lisaani yafqohu qoulii
"Yaa Robbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku" (Q.S. Thaha : 25-28)
Wallahu'alam Bisshawab.
Mungkin, mungkin yaa... bapak itu penasaran. Seperti anak balita yang "curious" saat melihat aneka mainan yang dilempar. Mainan berbentuk bulat dan kotak akan berbeda pantulannya. Mainan dari plastik akan berbeda suara saat menyentuh lantai apalagi kalau menyentuh meja kaca.
Dan anak-anak balita itu tidak pernah berpikir efek yang berbahaya jika mainan-mainan itu dilempar. Mereka hanya berfikir mengasyikan jika bisa melihat arah pantul atau mendengar suara yang berbeda. Tidak pernah berfikir ada efek lain yang sampai level berbahaya dibalik semua lemparan-lemparan itu. Karena yang biasanya berteriak marah ketika mainan-mainan itu dilempar adalah kita orang dewasa yang sudah mengerti efek dari lemparan tersebut.
Lagi-lagi ujungnya marah. Alih-alih marah mungkin ada baiknya diberi arahan. Sampai berapa kali? 3 kali, 10 kali, 100 kali kalau perlu. Kalau tidak mengerti juga? Ganti metode, barangkali metode kita yang nggak nyambung dengan pola pikir mereka. Terus-menerus seperti itu, sampai akhirnya mereka mengerti maksud baik kita.
Tentu saja ikhtiar seperti itu harus tetap diiringi dengan do'a. Mungkin ada yang masih ingat do'a Nabi Musa ketika berdakwah di tengah-tengah kaum Bani Israil yang konon sangat pandai?
Robbis rohlii shodrii wa yassirlii amrii wahlul' uqdatan min lisaani yafqohu qoulii
"Yaa Robbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku" (Q.S. Thaha : 25-28)
Wallahu'alam Bisshawab.
Komentar
Posting Komentar